Rabu, 07 Juni 2017

Sistem Permainan Petanque

Sebuah tim yang sukses memiliki petanque pemain yang terampil menembak.  Dalam menempatkan, sebuah Boule di depan jack memiliki nilai jauh lebih tinggi dari satu pada jarak yang sama di belakang jack, karena disengaja atau tidak disengaja mendorong dari Boule depan umum meningkatkan posisinya. Pada setiap bermain setelah Boule pertama telah ditempatkan, tim yang mendapat giliran harus memutuskan apakah ke titik atau menembak. Faktor-faktor yang dihitung dalam keputusan penilaian itu meliputi seberapa dekat dengan jack Boule, peranan dari sebuah pointer atau tempat dalam sekitar 15 sentimeter jika medannya terawat, tidak berbatu atau tidak rata, dan seberapa banyak boule setiap tim belum bermain.
Seorang kapten tim, dalam pertandingan ideal, membutuhkan pointer ke tempat Boule yang cukup dekat dalam pendekatan ke soket (paradoks, dalam kompetisi, pointer pertama kadang-kadang bertujuan untuk tidak begitu dekat ke jack bahwa lawan pasti akan menembak mereka Boule segera). Mereka kemudian memvisualisasikan sebuah lingkaran imajiner dengan jack sebagai pusat dan jarak jack-Boule sebagai jari-jari lingkaran itu dan membela dengan segala cara yang sah.

Perlengkapan
a.         Jack (cochonnet) dan Boule
Boule harus terbuat dari logam. Boule kompetisi harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut: beruang ukiran menunjukkan nama produsen dan berat Boule tersebut, memiliki diameter 70,5 mm dan antara 80, memiliki berat antara 650 dan 800 g. tidak diisi dengan pasir  atau diubah dengan cara apapun
b.        Selain itu, Boule terdapat ukiran nama pertama pemain atau inisial.
c.         Pilihan Boule Diameter Boule ini dipilih berdasarkan pada ukuran tangan pemain. Berat dan kekerasan Boule tergantung pada preferensi pemain dan gaya bermain. “Pointer” cenderung memilih boule lebih berat dan lebih keras, sementara “penembak” sering pilih boule lebih ringan dan lebih lembut.
d.        Kenyamanan Boule ini tidak memenuhi standar kompetisi tapi sering dipakai untuk permainan rekereasi. Dapat  dirancang sesuai dengan semua umur dan jenis kelamin, dan dapat terbuat dari logam, plastik atau kayu untuk bermain di pantai, misalnya.

e.         Kompetisi jack Kompetisi iniharus memenuhi spesifikasi sebagai berikut:  terbuat dari kayu atau dari bahan sintetis, membawa tanda pembuat dan memiliki konfirmasi diamankan oleh FIPJP yang bahwa mereka mematuhi persis dengan spesifikasi yang relevan. dan memiliki diameter 30mm (toleransi +  – 1mm).


Peraturan Permainan Petanque

Petanque dimainkan oleh dua, empat atau enam orang dalam dua tim, atau pemain dapat bersaing sebagai individu dan bermain santai. Di tunggal dan ganda permainan setiap pemain memiliki tiga boule. Sebuah koin dilempar untuk menentukan sisi mana pemain bermain terlebih dahulu. Tim mulai menarik lingkaran di tanah yang ber diameter 35-50 cm. Semua pemain harus melempar boule mereka dari dalam lingkaran ini, dengan kedua kaki yang tersisa di tanah. Pemain pertama melempar jack 6-10 meter, setidaknya satu meter dari perbatasan.
Pemain yang melemparkan jack kemudian melemparkan Boule pertama mereka. Seorang pemain dari tim lawan kemudian membuat melempar. Bermain terus dengan tim yang tidak terdekat ke jack harus terus melemparkan tanah sampai mereka Boule lebih dekat ke jack dari lawan mereka atau kehabisan boule.  Jika boule terdekat dari setiap tim adalah jarak yang sama dari jack, maka tim yang memainkan memainkan terakhir lagi. Jika boule masih berjarak sama maka tim bermain bergantian sampai perubahan posisi. Jika boule masih berjarak sama pada akhir pertandingan maka tidak ada poin yang dicetak oleh tim baik. Permainan berlanjut dengan pemain dari tim yang memenangkan akhir sebelumnya menggambar lingkaran baru di sekitar di mana jack selesai dan melemparkan jack untuk akhir yang baru.
Permainan berakhir, dan titik dapat mencetak gol ketika kedua tim tidak memiliki boule lebih, atau ketika jack adalah tersingkir dari bermain. Tim yang menang menerima satu poin untuk setiap Boule yang telah lebih dekat ke jack dari Boule terbaik-ditempatkan oposisi. Jika jack terlempar dari arena permainan, tidak ada skor tim kecuali hanya satu tim telah boule kiri untuk memutar. Dalam hal ini tim dengan boule menerima satu poin untuk setiap bahwa mereka harus bermain. Tim pemenang adalah yang pertama yang mencapai 13 poin kemenangan.


Gambar 1. Jack (cochonnet) dan boule
Ketentuan Lain :
a.       Boule 1.a memukul batas sudah mati dan akan dihapus dari ujung itu.
b.      Dalam lapangan permainan atau piste ditandai dengan string Boule adalah mati jika itu benar-benar melintasi string.
c.       Lingkaran dapat dipindahkan kembali di garis akhir sebelumnya jika tidak ada ruang untuk memainkan akhir 10 meter.
d.      Boule dapat dilemparkan pada ketinggian manapun atau bahkan berguling tergantung pada medan.
e.       Boules dilemparkan ketiak, biasanya dengan telapak tangan ke bawah yang memungkinkan backspin untuk diletakkan pada Boule memberikan kontrol yang lebih besar.
f.       Masing-masing tim harus memiliki peralatan pengukuran yang cocok. Dalam kebanyakan kasus pita pengukur adalah cukup tapi kaliper atau alat ukur lainnya mungkin diperlukan.

Sejarah Permainan Petanque

a.         Sejarah Tradisional Petanque
Pada awal abad ke-6 SM orang Yunani Kuno telah memainkan permainan melempar koin, batu datar, dan bola batu, disebut spheristics. Bangsa Romawi Kuno memodifikasi permainan dengan menambahkan target yang harus didekati sedekat mungkin. Variasi Romawi dibawa ke Provence (wilayah selatan Perancis) oleh tentara Romawi dan pelaut. Pada sebuah makam Romawi di Florence wilayah Italia, terdapat nisan yang menggambarkan tentang orang bermain permainan ini dengan dekorasi pada nisannya terlihat orang yang sedang membungkuk untuk mengukur poin.
Dalam perkembangannya setelah itu masyarakat Roma, menggantikan target yang awalnya bola batu dengan bola kayu. Pada Abad Pertengahan Erasmus menyebut permainan itu sebagai globurum, tetapi selanjutnya oleh berbagai kalangan lebih dikenal sebagai ‘boule,’ atau bola, dan permainan ini mulai dimainkan di seluruh Eropa.  Raja Henry III dari Inggris melarang permainan itu dan menggantikannya dengan pemanah, dia ingin warganya lebih berlatih memanah sebagai bela negara dibanding memainkan bole.
Di abad 14, Charles IV dan Charles V dari Perancis juga melarang seluruh olahraga untuk rakyat jelata, yang boleh berolahraga hanya kalangan bangsawan. Larangan ini baru pada abad ke-17  dicabut.  Pada abad ke-19, di Inggris olahraga permainan ini disebut dengan lawn-bouwling, sedangkan di Perancis, olahraga ini tetap dikenal sebagai boule yang dapat dimainkan di seluruh lapisan masyarakatnya. Meissonnier seorang seniman Perancis membuat dua lukisan menunjukkan orang-orang bermain game. Sedangkan Honoré de Balzac dalam La Comédie humaine menggambarkan permainan ini dalam dramanya.
Di Prancis Selatan boule telah berevolusi menjadi jeu Provençal (boule lyonnaise) mirip dengan petanque, kecuali ukuran lapangannya yang jauh lebih besar dari petanque dan pemain harus berlari tiga langkah sebelum membuang bola. Permainan ini dimainkan di desa-desa di seluruh Provence, pada lapangan tanah di bawah naungan pohon. Permainan ini diceritakan secara rinci pada memoar novelis Marcel Pagnol.
The pride will remain of having invented this magnificient game which by going arround the world works modestly, but surrely, at connecting people together, therefore bringing peace -Marcel Pagnol.

b.        Sejarah Petanque Modern
Petanque dalam bentuk yang sekarang ditemukan pada tahun 1907 di kota La Ciotat dekat Marseilles oleh pemain Lyonnaise Prancis bernama Jules Boule Lenoir. Panjang pitch atau lapangan dikurangi oleh sekitar setengah, dan pelemparan bola secara bergerak diganti dengan yang stasioner.
Turnamen petanque pertama dengan aturan baru diselenggarakan pada tahun 1910 oleh Ernest bersaudara dan Joseph Pitiot, pemilik sebuah kafe di La Ciotat. Dengan semakin simpel dan aturan yang universal olahraga ini tumbuh dengan cepat, dan segera menjadi bentuk yang paling populer dari boule. Dengan dibentuknya Federasi internasional petanque Fédération Internationale de petanque et Jeu (FIPJP) pada tahun 1958 di Marseille yang kemudian diselenggarakan Kejuaraan Dunia pertama pada tahun 1959.
c.         Federasi Olahraga Petanque Indonesia
Olahraga petanque masuk ke Indonesia sejak awal 2000-an, para ekspatriat asal Perancis yang membawanya ke Indonesia namun masih terbatas di kalangan para ekspatriat saja.  Baru pada tahun 2011 ketika Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games ke-26 di Jakarta – Palembang, petanque menjadi olahraga wajib. Atas upaya sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi dibentuklah Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) yang berdiri pada tanggal 11 Maret 2011.
Indonesia sukses dalam penyelenggaraan SEA Games XXVI/2011 Jakarta-Palembang pada cabang olahraga petanque dan memiliki lapangan petanque berstandar internasional di area Jakabaring Sport City Palembang.
Federasi Olahraga Petanque Indonesia dipimpin oleh bapak Caca Isa Saleh. Beliau memiliki dedikasi yang sangat tinggi dalam pengembangan olahraga petanque di Indonesia, segala upaya dilakukan untuk mengembangkan petanque agar setelah suksesnya penyelenggaraan di SEA Games 2011 makin meluas di seluruh Indonesia.
Upaya yang gigih ini menghasilkan cabang olahraga petanque dipertandingkan di Pekan Olahraga Mahasiswa (POMNAS) ke-14 tahun 2015 di Banda Aceh, Eksibisi Pekan Olahraga Nasional XIX/2016 Jawa Barat yang dipertandingkan di UNISMA Bekasi dan sedianya akan dipertandingkan sebagai cabang resmi di PON XX/2020 Papua.
Di Indonesia sendiri setelah PB FOPI melaksanakan sosialisasi ke berbagai daerah perkembangan cabang olahraga petanque makin semarak. Terlebih setelah pelaksanaan eksibisi Pekan Olahraga Nasional XIX/2016 Jawa Barat, saat ini di seluruh Indonesia setiap pekan selalu ada kejuaraan baik yang resmi diselenggarakan oleh PB FOPI, PengProv FOPI dan Pengcab FOPI maupun yang diselenggarakan oleh klub-klub petanque.

Pada Eksibisi PON XIX/2016 Jawa Barat cabang olahraga petanque mempertandingkan 9 nomor pertandingan dengan jumlah peserta 20 tim yang berasal dari 19 Provinsi se-Indonesia.

Tujuan Permainan Petanque

Olahraga mempunyai tujuan berbeda-beda untuk setiap orang yang memainkannya, ada yang melakukan olahraga untuk meningkatkan kesehatannya, meningkatkan kebugaran fisik, sebagai alat rekreasi, sampai untuk tujuan peningkatan prestasi olahraga. Tujuan-tujuan dari kegiatan olahraga yang dilakukan oleh  masyarakat telah diatur dan dituangkan dalam undang-undang Sisitem Keolahragaan Nasional No.3 Tahun 2005, yaitu terdapat 3 macam jenis olahraga sesuai dengan tujuan pelaksanaan aktifitas olahraga, yaitu olahraga rekreasi, olahraga pendidikan dan olahraga prestasi.
Setiap tujuan pelasanaan olahraga harus diatur sesuai kaidah-kaidah yang ada dalam ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan (sport science) sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan benar, tidak menimbulkan masalah-masalah yang sebaliknya dapat membahayakan pelakunya, seperti cidera olahraga, latihan yang berlebihan (over training), dan lain sebagainya.

Cabang olahraga Petanque  adalah salah satu cabang olahraga yang membutuhkan pendekatan dan keterlibatan teknik tinggi. Ini terlihat dari tujuan mekanika utama dari cabang ini dilihat dari kajian biomekanika olahraga adalah “mencapai ketepatan maksimal”. Artinya adalah atlet harus bisa menempatkan bola sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, dengan cara melempar sesuai aturan yang ada.

Pengertian Permainan Petanque

Petanque (diucapkan [pe.tɑ̃ːk] dalam bahasa Perancis atau pay/tah~k atau petong) awalnya merupakan permainan tradisional asal negara Prancis yang merupakan pengembangan dari permainan jaman Yunani Kuno sekira abad ke-6 SM, versi modern dari permainan petanque diperkenalkan oleh Jules Boule Lenoir pada tahun 1907 di kota La Ciotat, di Provence, di selatan Perancis.
Kata Petanque berasal dari kata Les Ped Tanco atau Petanca berdasar dialek Provençal dari bahasa Occitan yang berarti kaki rapat, salah satu teknik dasar bermain petanque adalah kaki yang rapat tidak mengangkat kaki yang menapak ke tanah.  Agar bisa dikembangkan sebagai cabang olahraga prestasi permainan tradisional ini distandarkan dan dibuat aturan baku yang berlaku universal, dengan induk olahraga petanque internasional bernama Fédération Internationale de Pétanque et Jeu Provençal (FIPJP) yang didirikan di Marseille, Prancis pada tahun 1958.

Petanque termasuk olah raga baru di Indonesia, namun petanque sebenarnya termasuk olah raga yang sudah punya nama. Di dunia, negara-negara yang kuat dan konsisten mengembangkan petanque adalah negara-negara yang pernah dijajah oleh Prancis, negara yang memang melahirkan cabang olah raga tersebut. Pada pesta olahraga SEA Games Tahun 2011 di Indonesia, Pétanque sudah menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.  Lazimnya cabang olahraga lainnya, petanque di SEA Games dimasukkan dalam kategori olahraga konsentrasi, mempunyai prasyarat tertentu. Permainan ini biasa dimainkan di tanah keras atau minyak, tapi juga dapat dimainkan di rerumputan, pasir atau permukaan tanah lain.

Sabtu, 03 Juni 2017

Tindakan Pertama dengan Sistem R.I.C.E


Cedera pada jaringan lunak (otot, ligamen dll) seperti keseleo, otot tertarik atau memar, dapat di tangani sendiri secara cepat dengan menggunakan metode R.I.C.E. Metode ini sangat efektif dan bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama sebelum dibawa berobat ke tenaga medis. Metode ini lebih disarankan untuk dilakukan jika dibandingkan dengan tindakan pemijatan oleh tukang pijat/tukang urut.
RICE adalah singkatan dari Rest (Istirahat), Ice (Es/dingin), Compression (Kompresi/tekanan) dan Elevation (Elevasi/Pengangkatan). Masyarakat, khususnya yang berkecimpung dalam dunia Olahraga, sebaiknya memiliki pengetahuan yang baik akan metode ini. Cedera olahraga dapat diminimalisir dan dicegah sebaik-baiknya jika metode ini dapat diterapkan secepatnya ketika terjadi cedera akibat olahraga.
Berikut adalah penjelasan tentang metode R.I.C.E. :
1.        Rest
Tindakan ini dilakukan dengan cara mengistirahatkan orang yang mengalami cedera dan melindungi bagian otot atau sendi yang mengalami cedera. Jika bagian tersebut terasa sakit saat menahan beban, maka gunakanlah penopang. Jika bagian tersebut terasa sakit ketika digerakkan, maka lindungilah dengan menggunakan splint (spalek).  Tujuan mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera adalah:
a.       Mencegah cedera lebih lanjut
b.      Membuat proses penyembuhan luka lebih cepat
Segera setelah cedera sebaiknya jangan gunakan bagian cedera sama sekali atau istirahatkan total sekitar 15 menit. Kemudian, istirahatkan sampai nyeri pada cedera hilang, atau hingga 48 jam.
2.        Ice
Tindakan ini artinya memberikan suhu dingin pada bagian yang mengalami cedera, bisa menggunakan Es batu atau sesuatu yang menghasilkan suhu dingin. Pendinginan dapat mengurangi pembengkakan dan rasa sakit pada bagian tersebut. Langkah ini sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. Tempelkan kain dingin yang telah terdapat Es didalamnya atau Cool Pack pada bagian cedera. Berilah jeda waktu selama 5-10 detik antara ditempelkan pada bagian yang cedera dan diangkat, lakukan secara terus menerus selama 20 menit. Metode ini dilakukan selama tiga kali pada 24 jam pertama.
Secara umum manfaat penggunaan es pada cedera jaringan lunak adalah:
·         Membatasi pembengkakan
·         Mengurangi nyeri
·         Mengurangi spasme otot
3.        Compression
Tindakan ini artinya kompresi atau penekanan pada daerah yang mengalami cedera dengan menggunakan perban khusus (ace bandage). Kompresi berfungsi mengurangi pembengkakan di sekitar daerah yang mengalami cedera. Dalam melakukan balutan pada daerah yang mengalami cedera, harus dipastikan bahwa perban tidak terlalu ketat karena dapat menimbulkan mati rasa atau bahkan menambah rasa sakit.
4.        Elevation

Tindakan ini dilakukan dengan memposisikan bagian yang cedera menjadi lebih tinggi dari jantung, terutama saat berbaring. Misalnya jika bagian yang mengalami cedera adalah pergelangan kaki, maka upayakan pasien dalam posisi tidur kemudian pergelangan kaki ditopang sehinga posisinya lebih tingi dari jantung.

Jenis Cedera Berat dan Cedera Lainnya

1.        Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibanya, sendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali.

Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur

2.        Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a.       Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
b.      Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat dibedakan sebagai berikut:
·         Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
·         Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan, pertolongan pertama dilakukan reposisi oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian dipasang spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan.
Gejala yang timbul :
a.       Adanya ruda paksa
b.      Jari tidak dapat digerakkan
c.       Nyeri setempat dan makin bertambah bila digerakkan.
d.      Hilangnya fungsi
e.       Terdapat perubahan bentuk
f.       Nyeri tekanan/ketok
Pertolongan :
a.       Atasi shock dan perdarahan, dijaga lapangnya jalan nafas.
b.      Berusaha tetap tenang jangan panik, bila ada pendarahan akibat luka tutup dengan kain steril.
c.       Pasangkan bidai (spalk) atau dibebankan ke anggota badan penderita yang sehat
d.       Bila adanya dugaan patah tulang, dibaringkan pada alas yang keras
e.       Massage/ diurut sama sekali dilarang
f.       Bawalah ke rumah sakit yang terdekat untuk perawatan lebih lanjut
3.        Kejang
Kejang  adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementarasebagai mengakibatkan akibat dari aktifitas neounoral yang abnormaldan pelapisan pisik selebralyang berlebihan(betz sowden,2002).
Menurut Dr. Rusepno Hasan,” Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kranium




4.        Koma
 Koma adalah situasi darurat medis ketika penderitanya mengalami keadaan tidak sadar dalam jangka waktu tertentu. Ketidaksadaran ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas di dalam otak yang dipicu oleh beberapa kondisi.Selain tidak menyadari keadaan di sekeliling mereka, orang yang mengalami koma umumnya juga tidak dapat mendengar suara atau merespons rasa sakit.
5.        Pingsan

 Pingsan merupakan suatu kondisi tubuh yang disebabkan oleh hilangnya kesadaran secara tiba-tiba karena berkurangnya aliran darah ke organ otak. Jadi bisa dikatakan bahwa pingsan merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh alami. Pingsan terjadi karena rendahnya pasokan udara serta oksigen ke otak.

Jenis Cedera Sedang

1.        Sprain
Menurut Sadoso (1995: 11-14) “sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga.” Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain menjadi tiga tingkatan,yaitu:
a.         Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
b.        Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
c.          Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.



2.        Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) “strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.” Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a.         Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.
b.        Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang.
c.         Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan.
Menurut Depdiknas (1999: 632) “otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal dalam tubuh yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh”. Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang memanjang. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode (RICE). Artinya:
·         R (Rest)          : Diistirahatkan pada bagian yang cedera.

·         I (Ice)              : Didinginkan selama 15 sampai 30 menit.

·         C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis,
                         balut tekan di  berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan.

·         E (Elevate)      : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
1.        Sprain/strain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
2.        Sprain/strain tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
3.        Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).

Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali

Jenis Cedera Ringan

1.        Cedera Ringan
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlit.misalnya: luka, lepuh, kontusio/memar, hematoma/lebam, kram.
a.         Lecet

luka lecet merupakan luka yang di sebabkan oleh gesekan oleh benda atau lantai yang tidak halus yang menyebabkan permukaan kulit terkelupas dan berdarah namun tidak mengalami pendarahan.
b.        Luka
 Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka.
c.         Lepuh
 Lepuh (blister), secara medik disebut vesicle, adalah kantong kecil di kulit berisi cairan serous dan diameternya  1 cm disebut bula. Lepuh dapat terjadi karena gesekan atau masalah kesehatan lainnya. Berikut, penyakit dan kondisi yang bisa menyebabkan lepuh.
d.        Memar
 Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya.
e.         Kram
 Menurut Basoeki (2005) kram otot merupakan kontraksi otot tertentu yang berlebihan, terjadi secara mendadak tanpa disadari. Otot yang mengalami kram sulit untuk menjadi rileks kembali. Bisa dalam hitungan menit bahkan jam untuk meregangkan otot yang kram itu. Kontraksi dari kram otot sendiri dapat terjadi dalam waktu beberapa detik sampai beberapa menit. Kram otot dapat terjadi pada tangan, kaki, maupun perut.
f.         Lebam

 Lebam adalah suatu jenis cedera pada jaringan tubuh, yang menyebabkan aliran darah dari sistem kardiovaskular mengendap pada jaringan sekitarnya, disebut hematoma, dan tidak disertai robeknya lapisan kulit. memar ditimbulkan oleh trauma seperti tumbukan benda tumpul dan menimbulkan rasa sakit walaupun pada umumnya tidak berbahaya. Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalami fagositosis dan didaurulang oleh makrofaga. Warna biru atau ungu yang terdapat pada memar merupakan hasil reaksi konversi dari hemoglobin menjadi bilirubin. Lebih lanjut bilirubin akan dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna kecoklatan.