1.
Sprain
Menurut Sadoso (1995:
11-14) “sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering
terjadi pada berbagai cabang olahraga.” Giam & Teh (1993: 92) berpendapat
bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada
ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau
penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat
ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain menjadi tiga
tingkatan,yaitu:
a.
Sprain Tingkat I
Pada cedera ini
terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang
putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada
daerah tersebut.
b.
Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih
banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut
ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan,
efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian
tersebut.
c.
Sprain
Tingkat III
Pada cedera ini seluruh
ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan
merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat
bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
2.
Strain
Menurut
Giam & Teh (1992: 93) “strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau
tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.”
Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain dibedakan menjadi
3 tingkatan, yaitu:
a.
Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I,
terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan
muscula tendineus.
b.
Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II,
terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri
dan sakit sehingga kekuatan berkurang.
c.
Strain Tingkat III
Pada strain tingkat
III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini
membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan.
Menurut Depdiknas
(1999: 632) “otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal dalam tubuh
yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh”. Pengertian tendo menurut
Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet)
berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang memanjang. Adapun
strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu
punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan
pergelangan kaki.
Menurut Hardianto
Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum
adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode (RICE).
Artinya:
·
R (Rest) : Diistirahatkan pada bagian yang
cedera.
·
I (Ice) : Didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
·
C (Compress) : dibalut tekan pada bagian
yang cedera dengan bahan yang elastis,
balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan.
balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan.
·
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian
yang cedera.
Perawatan
yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto
wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
1.
Sprain/strain tingkat satu (first
degree)
Tidak perlu
pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja
karena akan sembuh dengan sendirinya.
2.
Sprain/strain tingkat dua (Second
degree).
Kita harus memberi
pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan
imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat
digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat
selama 3-6 minggu.
3.
Sprain/strain tingkat tiga (Third
degree).
Kita tetap melakukan
metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk
dijahit/ disambung kembali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar