Latihan progresif merupakan latihan-latihan yang menguntungkan
pada saat dadakan. Perlu ditekankan prinsip-prinsip pemberian beban lebih yang
bertahap dan prinsip spesifisitas dari latihan. Pemilihan metode yang tepat
adalah meliputi efisiensi gerakan yang sesuai, efketifitas program latihan,
termasuk FITT (frekwensi, Intensitas, Time, Tipe) yang adekuat. Gerakan yang
salah harus dikoreksi dan dengan dasar gerakan yang baik.
Latihan yang baik adalah dengan adanya
beban latihan, yang diperlukan selama proses berlatih melatih agar hasil
latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap
dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang
singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama.
Prinsip latihan adalah landasan
konseptual yang merupakan suatu acuan. Prinsip latihan merupakan landasan
konseptual sebagai acuan untuk merancang, melaksanakan dan mengendalikan suatu
proses berlatih – melatih. beberapa prinsip latihan yang diterapkan selama
proses berlatih melatih secara simultan adalah sebagai berikut :
1.
Prinsip
Individual
Individual yang dimaksud adalah setiap
orang memiliki kemampuan yang tidak sama antara yang satu dan yang lainnya.
Artinya bahwa setiap olahragawan memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda –
beda. Selain potensi dan kemampuannya berbeda, faktor kematangan, lingkungan,
latar belakang kehidupan, makan dan istirahat juga ikut berpengaruh terhadap
kemampuan dan cara olahragawan dalam mensikapi kegiatan latihan. Oleh karena
itu, dalam menentukan beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan setiap
individu. Dengan demikian untuk setiap olahragawan beban latihannya harus tepat
sesuai dengan kemampuan dan tidak dapat disamaratakan dengan yang lainnya
2.
Prinsip
Adaptasi
Latihan menyebabkan timbulnya proses
adaptasi bagi organ tubuh. Berkaitan dengan prinsip progresivitas, bila beban
latihan selalu ditingkatkan secara progresif, maka organ tubuh akan
menyesuaikan terhadap perubahan tersebut. Tingkat kecepatan olahragawan dalam
mengadaptasi setiap beban latihan berbeda -beda
antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini antara lain tergantung
dari usia olahragawan, usia (lama) latihan, kualitas kebugaran otot, kualitas
kebugaran sistem energi dan kualitas (mutu) latihannya.
3.
Prinsip
Beban Lebih ( Overload )
Beban latihan harus mencapai atau
sedikit melampaui ambang rangsang, namun tidak boleh selalu melebihi ambang
rangsang saat latihan. Hal itu akan mengakibatkan sakit dan latihan yang
berlebihan (overtraining). Beban latihan harus diberikan secara progresif dan
diubah sesuai dengan tingkat perubahan kemampuan olahragawan. Untuk
meningkatkan kualitas fisik, cara yang harus ditempuh ialah berlatih dengan
melawan atau mengatasi beban latihan. Bila tubuh sudah beradaptasi dengan beban
latihan yang sudah ditentukan selama waktu tertentu, maka beban latihan
berikutnya harus ditingkatkan. Oleh karena itu dalam setiap latihan harus
selalu dipantau dengan cara mencatat dan melakukan tes pada waktu tertentu
sebagai dasar untuk menentukan beban latihan pada latihan berikutnya. Selain
itu para pelatih harus memiliki catatan mengenai biodata para olahragawan,
sebagai salah satu dasar dalam menentukan beban latihan. Adapun cara
meningkatkan beban latihan, antara lain melalui : (a) diperberat, (b)
dipercepat, dan (c) diperlama proses pemberian bebannya.
4.
Prinsip
Beban Bersifat Progresif
Prinsip ini terkait erat dengan prinsip
beban lebih (overload), karena dengan pemberian beban yang bersifat progresif
akan berarti juga memberikan beban yang lebih (overload). Selain itu, latihan
bersifat progresif, artinya latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan
berkelanjutan. Ajeg berarti latihan harus dilakukan secara kontinyu, tidak
kadang – kadang. Maju berarti latihan semakin hari harus semakin meningkat.
Sedangkan berkelanjutan berarti dalam setiap latihan merupakan lanjutan dari
proses latihan – latihan sebelumnya. Untuk itu, dalam menerapkan prinsip beban
lebih harus dilakukan secara bertahap, cermat, terus – menerus, dan tepat.
Artinya setiap tujuan latihan memiliki jangka waktu tertentu untuk dapat
diadaptasi oleh olahragawan. Setelah jangka waktu adaptasi dicapai maka beban
latihan harus mulai ditingkatkan.
5.
Prinsip
Spesifikasi (Kekhususan)
Setiap bentuk rangsang akan direspons
secara khusus oleh setiap olahragawan. Untuk itu, materi latihan harus dipilih
sesuai dengan kebutuhan cabang olahraganya. Hal – hal yang perlu
dipertimbangkan dalam prinsip spesifikasi, antara lain mencakup : (a)
spesifikasi kebutuhan energi, (b) spesifikasi bentuk atau model latihan, dan
(c) spesifikasi pola gerak dan kelompok otot yang terlibat. Contoh, bentuk
latihan kelincahan pada petenis akan berbeda dengan pebolabasket.
6.
Prinsip
Latihan Bervariasi
Proses latihan yang lama dan monoton
akan menimbulkan kejenuhan, keengganan dan keresahan pada olahragawan, sehingga
akan mengakibatkan kelelahan baik yang bersifat fisik maupun psikis. Untuk itu,
dalam menyusun program latihan perlakuannya harus bervariasi, agar olahragawan
terhindar dari rasa bosan (boring). Dalam memvariasikan beban latihan dapat
dilakukan dengan cara mengubah bentuk atau model, tempat, sarana dan prasarana
latihan serta teman berlatihnya. Namun dengan catatan, meskipun latihan di buat
bervariasi, tetapi latihan harus tetap mengacu kepada tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan.
Faktor
Perilaku
Menurut Green , Faktor
perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu :
1.
Faktor predisposisi (predisposing
factors), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai dan tradisi.
2.
Faktor pemungkin (enabling factors),
yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan
antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta
sumber daya.
3.
Faktor pendorong atau penguat
(reinforcing factors), faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi
panutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar